Gowa, metro-pendidikan.com — Merespon minimnya fasilitas belajar bagi anak yang berkebutuhan khusus serta sulitnya biaya sekolah bagi warga berekonomi lemah, Yayasan Pendidikan dan Kesehatan (Yapkes) Sadipa Gowa hadir untuk memenuhi harapan masyarakat. Satuan pendidikan yang didirikan oleh Muh Jamil, S.Ag pada 2010 lalu diberi nama MTs Inklusi Bontocinde, Desa Panakkukang, Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa.
Keprihatinan itu diungkapkan Kepala MTs (Madrasah Tsanawiyah) Inklusi Bontocinde, Musdalifah, S.Ag saat bertandang di sekolah tersebut. Musdalifah yang juga istri dari Muh Jamil menjelaskan, MTs Inklusi adalah satuan pendidikan formal dengan melayani siswa yang berkebutuhan khusus yang kemudian disejajarkan bersama dengan siswa yang normal dalam satu ruang kelas.
Musdalifah menceritakan, kalau mendirikan MTs Inklusi penuh suka duka dan perjuangan bersama suaminya. Betapa tidak, awalnya kegiatan belajar numpang di MTs Bontocinde (kini MIN 2 Gowa). “Itu mulai tahun 2010 sampai 2020 dengan waktu kegiatan belajar berlangsung pada siang hingga sore hari. Namun, pada 2020, kami harus pindah karena MTs Inklusi Bontocinde dibawah binaan Yapkes Sadipa telah memiliki fasilitas gedung sendiri di atas lahan 14 are,” ujar alumnus Fakultas Tarbiyah UIN Alauddin Makassar 2008 ini.
Selama kurung sepuluh tahun numpang di gedung MIS Bontocinde, Musdalifah mengaku, sempat mendapatkan bantuan berupa RKB dari Kementerian Agama Pusat dan RKB tersebut dapat dibangun di atas lahan milik MIS Bontocinde sejak 2013 lalu. “Begitu kami pindah dari MIS Bontocinde, berarti RKB itu menjadi hak pakai oleh MIN 2 Gowa. Artinya, RKB yang menjadi milik MTs Inklusi adalah bantuan pemerintah dan kembali ke pemerintah,” ucap wanita berdarah Sidrap ini.
Sukses Yapkes Sadipa membangun kampus mini sendiri, menurut Musdalifah tak lepas dari komitmen dan kepedulian bersama suami selaku ketua yayasan untuk menampung usia sekolah yang berkebutuhan khusus.
“Siswa yang berkebutuhan khusus yang kami tampung di MTs Inklusi lebih pada tuna wicara dan gangguan mental (lambat menyerap pelajaran) yang keparahannya dalam kondisi sedang atau ringan. Kami belum bisa menerima peserta didik yang berkebutuhan khusus dengan kategori berat karena belum siap sarana dan prasarana belajar yang memadai, “jelas Musdalifah.
Dari 118 siswa MTs Inklusi Bontocinde, 12 orang diantaranya berkebutuhan khusus. Mereka tersebar di setiap tingkatan kelas. Musdalifah mengatakan, kedua belas siswa yang berkebutuhan khusus itu tetap mendapat pendampingan dan bimbingan yang ekstra dari guru kelas agar bisa mengikuti seluruh kegiatan belajar setara dengan siswa yang normal.
Tidak hanya itu, lanjut Musdalifah, baik siswa berkebutuhan khusus maupun normal (umum) tetap mengikuti kegiatan pembelajaran dan pendidikan dengan dua model kurikulum yakni kelas 9 memakai kurikulum 2013 serta kelas 7 dan 9 memakai kurikulum merdeka.
Kini MTs Inklusi Bontocinde, selain memiliki 14 guru, satu diantaranya bestatus PNS, juga tersedia 4 ruang kelas, 1 ruang digital dan 1 ruang guru, 1 ruang lab//perpustakaan serta ruang kepala sekolah. Musdalifah menyebutkan, dari tiga gedung MTs Inklusi yang berhasil dibangun pihaknya murni bersumber dana pribadi dan sebagian kecil dari sumbangan pihak yang tidak mengikat.
“Belum ada bantuan dari pemerintah atau pihak terkait sejak kami pindah dari MIS Bontocinde pada tahun 2020. Ada bangun baru berlantai dua sedang tahap pekerjaan, masih butuh biaya besar untuk proses penyelesainnya. Pada lantai pertama diproyeksikan khusus kegiatan ekstrakurikuler seperti olah raga teknis meja dan kegiatan seni, sedangkan lantai dua untuk ruang belajar,” ucapnya.
Meski begitu, Musdalifah berharap kepada pemerintah melalui Kementerian Agama agar tetap memberi perhatian khusus kepada MTs Bontocinde termasuk masyarakat dalam bentuk dana untuk membangun sarana belajar yang. lebih lengkap, nyaman, akomodatif dan representatif.
Dia juga mengakui, respon masyarakat sekitar terhadap kehadiran satuan pendidikan tersebut cukup besar. Bahkan, pihak terkait seperti Puskesmas Pallangga dan pihak kepolisian melalui Bhabinkamtibmas Desa Panakkukang serta Kementerian Agama Gowa aktif berkunjung di MTs Inklusi dengan tetap menjalin kemitraan yang sehat dan saling bersinergi *Darwis Jamal Takdir*