Maros.Metro-pendidikan.com. Pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam yang dikenal sejuk dan ramah anak, sejatinya para guru dan pengasuh pondok tetap menjaga marwahnya. Karena itu, menghindari atau menjauhi dari berbagai praktek dan perilaku kekerasan dalam mendidik , itu juga sejalan dengan spirit moderasi beragama yang sedang intens digaungkan oleh pemerintah melalui Kementerian Agama.
Hatapan itu disampaikan Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Maros Dr H Muhammad, M.Ag saat menghadiri acara Maulid Nabi SAW
di Pondok Pesantren Nurul Ikhwan Kecamatan Marusu, Selasa (1/10/2024).
Dalam peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, H. Muhammad juga berpesan untuk tetap menjaga citra baik dunia pesantren.
“Pesantren Nurul Ikhwan ini sudah masuk kategori lembaga pendidikan keagamaan yang besar. Ada semua tingkatan pendidikan, mulai MI, MTs dan MA. Maka, mari kita jaga marwahnya dengan tetap mengedepankan layanan pendidikan yang adil tanpa diskriminasi”, ujar H Muhammad sembari mengingatkan.
Tidak hanya itu, lanjut H Muhammar, para para ustadz-ustadzah hendaknya hindari kekerasan dalam mendidik, jangan lakukan. Bukan waktunya lagi memukul dalam bentuk fisik. Berikan sanksi kepada santri yang bersifat edukatif.
“Bagi para santri, jangan juga membully temannya. Salinglah bantu-membantu. Kalau ada santri yang terlambat bangun misalnya, bantu, bangunkan mereka. Supaya kelak, kita dikenang sebagai orang yang gemar membantu”, pungkas Kepala Kemenag Maros ini.
Dalam hemad dia, karena kebiasaan menertawai teman-teman siswa dalam hal-hal yang salah tidak elot dan jangan lakukan itu. Semoga, para santri di sini menjadi generasi maju, generasi yang bisa membawa NKRI menjadi negara yang besar.
Bagi H Muhammad bahwa tugas mendidik di pesantren merupakan bagian dari tugas-tugas kenabian. “Sebagaimana Rasulullah juga membangun masyarakat saat itu. Dari jahiliyah menjadi masyarakat yang berpengetahuan agama”, ujarnya.
Senada, pimpinan pesantren Nurul Ikhwan Ustadz Ansar, juga menyampaikan kepada santrinya untuk tetap menjaga ajaran Ahlussunnah wal jamaah (Aswaja) An-Nahdliyah.
“Berkomitmenlah pada ajaran Aswaja. Semoga bisa berkontribusi positif kepada masyarakat, kepada bangsa, negara dan tegaknya agama”, ucapnya.
Dia juga menyampaikan rasa terima kasih dan bangga atas partisipasi warga di sekitar pesantren. Termasuk warga di sini antusias mendukung setiap kegiatan yang kami lakukan. ” Ini tanda kegembiraan, doa dan jalan tolak bala kepada semua, warga dan kampung kita. Inilah kebanggaan kami’, katanya.
Sedangkan hikmah Maulid Nabi SAW disampaikan H. Said Patombongi yang mengurai perilaku Rasulullah SAW untuk bisa diteladani dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. **hms**
Laporan : Darwis Jamal