Muliono Caco, Dinobatkan Sebagai Tokoh Pendidikan Sulsel Berdedikasi Tinggi, Pengabdian Tulus untuk Bangsa & Negara

Sulsel.metro-pendidikan.com. Dr H Muliono Caco telah memasuki masa purna bakti dari Aparat Sipil Negara (ASN) lingkup Dinas Pendidikan Provinsi Sulawesi Selatan, terhitung 1 Januari 2025 dengan masa pengabdian selama 37 tahun dan 10.bulan. Namun, kini dia sepertinya tidak akan kehabisan energi, gagasan dan pemikiran untuk melakukan pengabdian kepada bangsa dan negara melalui bidang pendidikan.

Buktinya, pasca purna bakti beliau masih aktif menjadi pengurus pada sejumlah organisasi profesi serta jabatan dalam wadah sayap kanan pemerintah, antara lain Anggota Dewan Pendidikan Sulsel, Wakil Sekretaris Umum 1 PGRI Sulsel, Bendahara Umum BMPS (Badan Musyawarah Perguruan Swasta) Sulsel, Ketua Asosiasi Pengawas Sekolah Sulsel dan Anggota Badan Akreditasi Nasional Pendidikan Anak Usia Dini Provinsi Sulawesi Selatan Selatan.

H Muliono Caco selama menjadi ASN, tidak saja sukses dalam karir, tapi juga berhasil dalam memimpin berbagai organisasi profesi, ormas dan organisasi kepemudaan. Terutama dalam dunia pendidikan dengan menyandang lima gelar akademik yakni Dr, MM, MH, MBA dan M.Kes.

Tidak hanya itu, putra kelahiran Sengkang 31 Desember 1964 silam berhasil mengemban sejumlah jabatan strategis baik tingkat perguruan tinggi maupun lingkup Dinas Pendidikan Sulsel. Tingkat perguruan tinggi, pernah menjabat Wakil Rektor 1 Universitas Indonesia Timur (UIT) Makasar (2011-2016), Pj Rektor UIT Makasar (2017) dan Koordinator Pengawas Sekolah Dinas Pendidikan Sulsel (2020-2022).

Berikut pendidikan formal yakni
Tamat SMA Negeri 226 Sengkang, Tahun 1982 di Sengkang, Sarjana Teknik Sipil (S1), Tahun 1987 di IKIP Ujung Pandang, Magister Manajemen SDM (S2), Tahun 2007 di STIEM, Makassar, Magister Hukum (S2), Tahun 2010 di UIT Makassar, Magister Promosi Kesehatan (S2), Tahun 2012 di UIT Makassar, Master of Bussines (MBA), Tahun 1999 di JIMS Jakarta, Doktor Ilmu Manajemen (S3), Tahun 2017 di UMI Makassar.

Dalam kurun 37 tahun dan 10 bulan sebagai ASN, Muliono Caco mengungkapkan, lebih dari 10 lembaga pendidikan mulai tingkat SLTA hingga perguruan tinggi pernah dan tempat mengajar serta beragam jabatan strategis yang dijabatnya.

Kapasitas keilmuan dan akademik di panggung pendidikan Sulsel kian diperhitungkan. Apalagi berbanding lurus dengan Pendidikan Non Formal (Kursus & Pelatihan) telah diikutinya. Antara lain. Kursus Pembina Pramuka Mahir Dasar, Tahun 1996 di KMUP, Pelatihan Supervisi Pengembangan Produktifitas Daerah, Balai Produktivtas Kerja Depnaker, tahun 1999,di Makassar, Pelatihan Hiperkes, Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3),
Tahun 2005 di Balai Hiperkes Depnaker Provinsi Sulawesi Selatan.

Adapun pengalaman organisasi yang dijalani seperti ditulis dalam Curriculum Vitae miliknya dikirim ke media media ini berjumlah 13 buah, umumnya berbaur dan berorientasi pendidikan baik.timgkat Kota Makassar maupun tingkat Sulsel. Itu juga yang menjadi dasar pemikiran oleh Dinas Pendidikan Provinsi Sulsel menobatkan Muliono Caco sebagai salah satu tokoh pendidikan Sulsel yang amat produktif dan progresif hingga sekarang.

“Sebagai bentuk apresiasi, kami memberikan piagam penghargaan kepada bapak H Muliono Csco atas dedikasi dan pengabdiannya yang tulus, selama ini aktif memberikan kontribusi pemikiran dalam memajukan pendidikan di Sulsel”, ujar pejabat Kepala Bidang mewakili Kepala Dinas Pendidikan Sulsel Dr Iqbal Najamuddin menyerahkan piagam tersebut pada acara Tasyakuran Memasuki Masa Purna Bakti Muliono Caco, Ahad (18/1/2025) di rumah kediamannya, Jln Taman Gosyen Raya II/8 A Makassar.

Sebelumnya, H Muliono Caco menyampaikan kata sambutan singkat mengatakan, acara tasyakuran yang dilaksanakan secara sederhana setelah dirinya memasuki masa purna bakti, di lingkup Dinas Pendidikan Sulsel dengan masa pengabdian selama 37 tahun, 10 bulan.

Acara tasyakuran tersebut, selain momen spesial menandai bahwa dirinya sudah berakhir masa pengabdian selaku ASN, Juga acara ini digelar sekadar berkumpul riah bersama keluarga dengan mengundang para sahabat (kolega), rekan kerja dan sesama pengurus organisasi termasuk warga setempat. Muaranya adalah silaturahim sekaligus menghangatkan hubungan keakraban supaya segar, sehat dan semangat terasa muda walau usia sudah di atas 60 tahun.

“Silaturahmi dan persahabatan tidak boleh putus karena banyak memberi manfaat dan kebaikan kepada sesama. Itulah pengabdian yang bermakna atau bernilai ibadah kepada.Allah SWT”, ujar sosok yang familiar dan humanis ini. **

Laporan. : Darwis Jamal

Pos terkait