Ketum IKA-FUF, H Muhammad ‘Bakar’ Semangat Alumni, Harap Jadi Agen Moderasi Beragama

Gowa.metro-pendidikan.com. Kualitas keilmuan para luaran Fakultas dan Filsafat (FUF) Universitas Alauddin Makassar, tidak diragukan lagi. Selain mereka dibekali ilmu pengetahuan dan keyakinan kuat terhadap tauhid Islam, juga beragam ilmu lain seperti ilmu tafsir Alquran dan ilmu hadis serta filsafat sebagai konstruksi berpikir menjadi modal utama dalam menghadapi kuatnya arus dan dinamika pemahaman pluralisme di negeri ini.

Realitas tersebut diungkapkan Ketua Umum Badan Pengurus Cabang (BPC) Ikatan Alumni Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, UIN Alauddin Makassar, Dr H Muhammad, M.Ag saat menyampaikan kata sambutan pada acara Ramah Tamah Wisuda FUF-UIN Alauddin Makassar, Angkatan 104 Tahun 2024, Senin (15/7/2024) di Swiss Belinn Hotel dan Convention,Jln Panakkukang Makassar.

Perspektif akademik yang disampaikan Kepala Kemenag Maros dihadapan 128 alumni FUF itu, bukan tanpa alasan. Sebagai alumni Jurusan Perbandingan Agama, FUF UIN Alauddin Makassar dengan lulus terbaik 1995 sangat merasakan begitu kentalnya pemahaman pluralisme mulai menjadi ASN di Kantor Kemenag Parepare tahun 1999, kemudian beberapa tahun kemudian dipromosi menjadi Kepala Kemenag Tana Toraja selama kurang tiga tahun empat bulan.

“Begitu saya masuk di wilayah yang minoritas Islam, langsung berhadapan sejumlah agama, mau dibilang agama Katolik bukan juga, mau dibilang agama Hindu bukan juga, dibilang paham sufisme ya mungkin seperti itu”, tukas H Muhammad.

Sebagai alumni FUF dengan latar belakang ilmu perbandingan agama (kini studi agama-agama), H Muhammad mengaku, tidak canggung berhadapan para pemimpin agama dunia seperti Katolik dari Vatikan, Italia saat berkunjung di Tana Toraja serta tokoh agama lainnya.

Malah sebaliknya H Muhammad tampil memberi warna baru dalam kehidupan
beragama dan sikap toleransi di Tana Toraja dengan semangat pluralis dan humanis. Dia juga berhasil menjabarkan program penguatan moderasi beragama dimulai dari jajaran Kemenag Tana Toraja, para penyuluh agama dan lembaga pendidikan keagamaan dan secara umum masyarakat Kabupaten Tana Toraja.

Hanya berselang kurang lebih 3 tahun di Tana Toraja, kemudian ia dimutasi ke Kabupaten Takalar selaku Kepala Kemenag Takalar. Di Takalar, katanya, juga menghadapi beragam faham kelompok keagamaan yang memiliki corak berpikir tradisional dan faham tarekat. Siapa tidak mengenal dengan pesta Madu Lompoa yang menjadi agenda tahunan oleh Pemkab Takalar untuk destinasi wisata.

Menjabat Kepala Kemenag Takalar kurang lebih dua tahun kemudian dimutasi lagi di Maros hingga sekarang. Begitu masuk di Kemenag Maros, dirinya langsung beradaptasi dan mendukung visi Bupati yakni menjadikan Maros sebagai kabupaten religius.

“Sejumlah program Pemkab Maros dalam pembinaan keagamaan dapat berkolaborasi dengan Kemenag Maros terutama membangun toleransi dan kerukunan beragama yang mulai merambat di sejumlah instansi pemerintah daerah dan organisasi keagamaan lain, terasa gaungnya dan cukup positif. Sehingga kami mendapat applaus dan apresiasi oleh banyak pihak karena itu tadi didasari semangat kolaboratif dalam mendorong penguatan beragama di Maros”, ujar doktor jebolan S3 UMI 2022 Bidang Manajemen Pendidikan Islam.

Kini Kemenag Maros fokus pada implementasi moderasi beragama masuk ke madrasah dan pondok pesantren dengan sasaran guru-guru dan peserta didik madrasah dengan melibatkan peran penyuluh agama di KUA dan jajaran Kemenag Maros.

“Pengalaman dan realitas yang saya sampaikan ini untuk menjadi spirit sekaligus membangkitkan semangat alumni. Gelar sarjana yang anda bawah dari kampus untuk terjun ke masyarakat, itu ibarat baru start melintasi samudra luas. Di sana, ilmu anda akan diuji dengan gelombang tinggi apakah mendapat sambutan positif atau seperti apa respon masyarakat”, ujar alumnus S2 Bidang Manajemen Pendidikan Islam UMI Makassar, 2004 lalu.

H Muhammad menegaskan, alumni FUF harus memiliki semangat intelektual yang tinggi dan peka terhadap perubahan sosial serta percaya diri apabila berada di tengah-tengah masyarakat. Karena itu, harapannya alumni FUF harus menjadi agen moderasi beragama serta mengambil posisi dan sikap jalan tengah setiap perbedaan dalam urusan sosial kemasyarakatan.Termasuk cara pandang dalam perkara cabang setiap agama tanpa memasuki ajaran pokok.

Banyak pihak di kampus UIN Alauddin Makassar, menilai H Muhammad tiba-tiba menjadi
pendekar moderasi beragama di Sulsel. Alasan mereka, tak lepas dari peran para dosen/guru yang mengajarnya saat aktif kuliah mulai 1990 sampai 2024 di Jurusan Perbandingan Agama.

“Terima kasih kepada guru saya bapak Dr H Nurman, Said yang mengajarkan mata kuliah filsafat agama serta kanda Dr Wahyuddin Halim memberi saya cara berpikir filsafat saat masih menjadi mahasiswa Fakultas Ushuluddin UIN Alauddin Makassar”, kenang H Muhammad. **

Laporan : Darwis Jamal

Pos terkait